KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN MASALAH PASCA STROKE
Disusun oleh Kelompok 3:
1. Beni Kurniawan
2.
Deni anggara
3.
Imam Nur Ajis
4.
Misbahul Munir
5.
Reni Nur Indah
6.
Rita Yuliana
7.
Singgih Suhartoyo
8.
Syaifur Rahman
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HUSADA JOMBANG
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa, semata-mata atas segala limpahan Rahmat-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada
Klien dengan pasca stroke ini,
penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kesalahan dalam hal bentuk
dan isi dari pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca agar dapat bermanfaat dan
diaplikasikan kedalam kehidupan pribadi, keluarga maupun bermasyarakat
dalam pengembangan Asuhan Keperawatan yang profesional.
Penulis menyadari masih banyak kesalahan maupun kekurangan
dalam pembuatan Makalah ini, baik dalam bentuk maupun dari isi
Makalah ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan Makalah atau karya ilmiah kedepannya.
Jombang, 24 April 2014
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Merupakan masalah neurologik primer
di dunia. Banyak upaya yang dilakukan untuk mengurangi tingkat kematian akibat
stroke, meskipun upaya pencegahan itu telah menimbulkan penurunan pada insiden
dalam beberapa tahun terakhir, tetapi stroke masih merupakan peringkat ketiga
penyebab kematian. Orang yang menderita stroke, dalam kesehariannya sering
tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik. Mereka selalu
membutuhkan bentuan orang lain untuk melakukannya. Kesabaran orang yang merawat
penderita stroke sangat diperlukan dalam hal ini.
1.2.Tujuan
Tujuan Umum :
Keluarga dan penderita stroke mampu
memahami dan melaksanakan segala sesuatu yang berhubungan dengan penyakit
stroke sehingga dapat mengurangi atau menghindari stroke kambh lagi.
Tujuan Khusus :
1.
Melaksanakan asuhan keperawatan individu dalam keluarga dengan penyakit
stroke.
2.
Meningkatkan pengetahuan perawat tentang penyakit stroke.
3.
Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang perawatan penderita pasca stroke
di rumah.
1.3.Batasan Masalah
Dalam makalah ini masalah yang
dibahas adalah :
1.
Pengertian stroke
2.
Penyebab stroke
3.
Faktor resiko terjadinya stroke
4.
Tanda dan gejala
5.
Jenis-jenis komplikasi stroke
BAB II
TINJAUAN
TEORI
A.
KONSEP DASAR STROKE
2.1.
Pengertian Stroke
Stroke atau cidera cerebrovaskuler
(CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai
darah ke otak (Suzanne).
Stroke adalah kerusakan sirkulasi
dalam satu atau lebih pembuluh darah yang menyediakan darah pada otak.
Penyediaan oksigen dan darah ke otak menjadi kurang atau berhenti, yang
kemudian merusak atau memusnahkan area – area tertentu dalam jaringan otak
(discases penyakit )
Storke merupakan salah satu penyebab
kematian dan kecacatan neurologis yang utama di indonesia, serangan otak ini
merupakan kegawat daruratan media yang harus ditangani secara cepat, tepat dan
cermat.
Stroke adalah sindrome klinis yang
awal timbulnya mendadak, progresif cepat, berupa defisit neurologis fokal dan
global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian
dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik
(Doengoes, 2004:290).
Cidera serebrovaskuler atau stroke
adalah penyekit cerebrovaskuler menunjukkan adanya beberapa kelainan otak baik
secara fungsioanal maupun struktural yang disebabkan oleh keadaan patologis
dari pembuluh darah serebral atau dari seluruh sistem pembuluh darah otak
(doengoes:290)
Stroke adalah gangguan aliran darah
otak yang bersifat mendadak dan disertai dengan defisit neuologik (Dr. H. Soedomo
Hadinoto)
Menurut kriteria WHO stroke secara
klinis didefinisikan sebagai gangguan fungsional otak yang terjadi secara
mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang
berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat menimbulkan kematian yang disebabkan
oleh karena gangguan peredaran dareh otak.
2.2 Klasifikasi stroke
a. Transtient Iskemia Attach (TIA)
Yaitu gangguan neurologik setempat
yang terjadi selama beberapa menit sampai beberapa jam saja, gejala yang timbul
akan hilang dengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam
b. Stroke in evolution ( SIE)
Yaitu stroke yang wujud kelainannya
terjadi secara bertahap
c. Completeted stroke iskemic (CSI)
Yaitu stroke yang wujud kelainannya
bersifat menetap
d. Reversible iscemic neurological defisit
(RIND)
Yaitu stroke yang mirip dengan
transient iskemik attack hanya saja kelainan yang ada menghilang sesudah
berlangsung lebih dari 24 jam
2.3 Penyebab Stroke
Berdasarkan penyebab stroke dibedakan menjadi 2:
a. Stroke hemorhagic
Merupakan perdarahan cerebral dan
mungkin perdarahan sub arachnoid. Disebabkan oleh pembuluh darah otak pada
daerah otak tertentu biasanya kejadiannya saat melakukan aktifitas atau saat
aktif namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun.
b. Stroke non hemorhagic
Dapat berupa ischemia atau emboli
dan trombosis cerebral, biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru
bangun tidur atau dipagi hari tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia
yang menimbulkan hipoksi dan selanjutnya dapat timbul oedema skunder. Kesadaran
umumnya baik
2.4.
Etiologi
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan stroke
antara lain:
a. Trombosis
cerebral
b. Emboli
c. Tumor otak
d. Hemorhagic
e. Tekanan darah
tinggi
f. Kelemahan
dinding arteri
g. Cidera kepala
2.5.
Faktor resiko
Sedangkan faktor resiko dari stroke
adalah kondisi atau penyakit atau kelainan yang memiliki potensi untuk
memudahkan seseorang mengalami serangan stroke pada suatu saat.
1. Faktor
resiko yang tidak dapat diobati terutama
a. Usia
Stroke
dapat menyerang segala usia, tetapi semakin tua usia seseorang
maka
semakin besar kemungkinan orang tersebut terserang stroke.
b.Jenis Kelamin
Laki - laki dua kali lebih berisiko daripada
perempuan, tetapi jumlah perempuan yang meninggal akibat stroke lebih banyak.
c. Riwayat Keluarga
Keluarga
dengan riwayat anggota keluarga pernah mengalami stroke berisiko lebih besar
daripada keluarga tanpa riwayat stroke.
d. Ras
Ras
Afrika - Amerika mempunyai risiko yang lebih
tinggi mengalami kematian dan kecatatan akibat stroke dibandingkan dengan ras
kulit putih.
2. Faktor Risiko yang Dapat Diobati
a. Tekanan Darah Tinggi
Tekanan darah tinggi merupakan
faktor risiko utama penyebab stroke.
b. Merokok
Merokok dapat mengakibatkan rusaknya
pembuluh darah dan peningkatan plak pada dinding pembuluh darah yang dapat menghambat sirkulasi darah. Nikotin
dari rokok dapat meningkatkan tekanan darah.
Penyakit
diabetes mellitus dapat mempercepat timbulnya plak pada pembuluh darah yang
dapat mengakibatkan risiko terjadinya stroke iskemik. Penderita diabetes
cenderung menderita obesitas. Obesitas dapat mengakibatkan hipertensi dan
tingginya kadar kolesterol, di mana
keduanya
merupakan faktor risiko stroke.
d. Obesitas
Peningkatan berat badan dapat
meningkatkan risiko stroke. Obesitas juga dapat menimbulkan faktor risiko
lainnya seperti tekanan darang tinggi, tingginya kolesterol jahat, dan
diabetes.
e. Penyakit pada Arteri Carotid dan
Arteri Lainnya
Pembuluh darah arteri carotid
merupakan pembuluh darah utama yang membawa darah ke otak dan leher. Rusaknya
pembuluh darah carotid akibat lemak menimbulkan plak pada dinding arteri
sehingga menghalangi aliran darah di arteri.
f. Kurangnya Aktivitas Fisik
Latihan
penting untuk mengontrol faktor risiko stroke, seperti berat badan, tekanan
darah, kolesterol, dan diabetes.
g. Alkohol, Kopi, dan Penggunaan Obat - Obatan
Konsumsi alkohol meningkatkan risiko
stroke. Minum alkohol lebih dari satu gelas pada pria dan lebih dua gelas pada
pria dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Selain itu, minum
tiga gelas kopi sehari dapat meningkatkan tekanan darah dan
risiko stroke. Penggunaan obat - obatan seperti kokain
dan amphetamine merupakan risiko terbesar terjadinya stroke pada dewasa muda.
h. Kurang Nutrisi
Diet tinggi lemak, gula, dan garam
meningkatkan risiko stroke. Penelitian menunjukkan bahwa
mengkonsumsi 5 porsi buah dan sayur sehari dapat mengurangi risiko stroke
sebesar 30%.
i.
Stres
Penelitian menunjukkan hubungan
antara stress dengan mempersempit
pembuluh darah carotid.
j. Estrogen Pemakaian pil KB atau Hormone
Replacement Theraphy (HRT) yang mengandung estrogen dapat mengubah kemampuan
penggumpalan darah
yang dapat mengakibatkan stroke.
2.6.
Patofisiologi
Pada keadaan fisiologis normal,
aliran darah pada otak selalu tetap yaitu 50 ml/ menit / 100 gr otak. Hal ini
terjadi karena auto regulasi yang mengembangkan arteri pada waktu hipotensi
yang menguncup waktu hipertensi. Apabila tekanan darah tinggi terus menerus
terjadi maka dapat menimbulkan perubahan atroklerotik karena perfusi dapat
menyebabkan perdarahan intra kranial. Ruptur arteri juga dapat menyebabkan
perdarahan yang akan menimbulkan ekstavasasi darah ke jaringan otak sekitarnya.
Darah yang merembes ini dapat menekan, mengiritasi, dan menimbulkan fase spasme
arteri hemisfer otak.
Ruptur arteri juga dapat
mengakibatkan terhentinya aliran darah sehingga timbul iskemik focal dan infark
jaringan otak. Daerah ini akan mengalami defisit neurologis yang berupa
hemiparalisis. Keluarnya darah yang mendadak dari pembuluh darah otak dapat
meningkatkan tekanan darah cerebrospinalis, hilang kesadaran maupun gegar otak.
Koma terjadi karena apabila daerah ekstravasal terjadi hematoma yang
menimbulkan penekanan pada seluruh isi kranial (Dr. H. Soedomo)
2.7
Manifestasi klinis
Manifestasi
klinis stroke menurut Smeltzer & Suzane (2001) adalah:
a.Kehilangan motorik
Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan
kehilangan kontrol volunteer terhadap gerakan motorik. Disfungsi
motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena
lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau
kelemahan salah satu sisi tubuh adalah tanda yang lain.
b. Kehilangan komunikasi
Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa
dan komunikasi. Stroke adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi bahasa dan
komunikasi dapat dimanifestasikan oleh hal berikut:
1) Disartria (kesulitan berbicara),
ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis
otot yang bertanggung jawab untuk berbicara.
2) Disfasia atau afasia (bicara
defektif atau kehilangan bicara) yang terutama ekspresif atau reseptif.
2.8.Komplikasi
Komplikasi-komplikasi
yang yang biasa disebabkan oleh stroke antara lain :
a. Hipoxia serebral, diminimalkan dengan memberikan oksigen ke darah yang adekuat ke otak, pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan hemoglobin dan hematokrit pada tingkat dapat diterima akan membentu dalam mempertahankan oksigen jaringan.
b. Aliran darah serebral, bergantung pada tekanan darah, curah jantung dan integritas pembuluh darah serebral, hipertensi atau hipotensi perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada aliran darah serebral dan potensi meluanya area cedera.
c. Embolisme serebral, dapat terjadi setelah infrak miokard atau fibrilasi atrium atau dapat berasal dari katub jantung protestik, embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya menurunkan aliran darah serebral. (Smeltzer, 2002, p.2137)
d. Vasospasme, terjadi stroke hemorrhage juga sebelum pembedahan. Pada individu dengan aneurisme biasanya terjadi dari 3-12 hari setelah hemorrhage aubarakhnoid.
e. Hidrosefalus, menandakan adanya ketidak seimbangan antara pembetukan dan reabsorbsi dari cairan serebro spinal (CSS). Hidrosefalus terjadi pada 15-20 % pasien dengan hemorrhage subaraknoid.
f. Disritmia, karena darah dalam CSS yang membasahi batang otak mengiritasi area tersebut, batang otak mempengaruhi frekuensi jantung sehingga adanya iritasi kimia, dapat mengakibatkan ketidakteraturan ritme jantung
g. Perdarahan ulang, pada pasien hemorrhage subarakhnoid mengalami perdarahan ulang aneurisme yang tidak diperbaiki. (Hudak and Gallo, 1996, p.273)
a. Hipoxia serebral, diminimalkan dengan memberikan oksigen ke darah yang adekuat ke otak, pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan hemoglobin dan hematokrit pada tingkat dapat diterima akan membentu dalam mempertahankan oksigen jaringan.
b. Aliran darah serebral, bergantung pada tekanan darah, curah jantung dan integritas pembuluh darah serebral, hipertensi atau hipotensi perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada aliran darah serebral dan potensi meluanya area cedera.
c. Embolisme serebral, dapat terjadi setelah infrak miokard atau fibrilasi atrium atau dapat berasal dari katub jantung protestik, embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya menurunkan aliran darah serebral. (Smeltzer, 2002, p.2137)
d. Vasospasme, terjadi stroke hemorrhage juga sebelum pembedahan. Pada individu dengan aneurisme biasanya terjadi dari 3-12 hari setelah hemorrhage aubarakhnoid.
e. Hidrosefalus, menandakan adanya ketidak seimbangan antara pembetukan dan reabsorbsi dari cairan serebro spinal (CSS). Hidrosefalus terjadi pada 15-20 % pasien dengan hemorrhage subaraknoid.
f. Disritmia, karena darah dalam CSS yang membasahi batang otak mengiritasi area tersebut, batang otak mempengaruhi frekuensi jantung sehingga adanya iritasi kimia, dapat mengakibatkan ketidakteraturan ritme jantung
g. Perdarahan ulang, pada pasien hemorrhage subarakhnoid mengalami perdarahan ulang aneurisme yang tidak diperbaiki. (Hudak and Gallo, 1996, p.273)
2. 9.
Pemeriksaan diagnostik
a. Computerized tomografi Scan (CT Scan) dapat
memperlihatkan adanya hematoma, infark dan perdarahan. Scan ini baik untuk
meneliti lesi yang letaknya dipermukaan
b. Fungsi lumbal untuk menunjukkan kelainan
cerebro spinalis fluid (CSF). Tekanan yang meningkat dan adanya cairan darah
menunjukkan adanya hemorhagic.
c. Elektro Encephalography (EEG) menggunakan
gelombang untuk menentukan lesi spesifik
d. Angiografi (arteriografi) sangat esensial
untuk memperlihatkan penyebab dan letak ganguan otak, biasanya menggunakan
arteri femoralis. Ada tidaknya oklusi, rupture atau obstruksi dapat
difisualisasi dengan alat ini.
e. Magnetik Resonance Imaging (MRI) dapat
menampakkan daerah patologis
2.10. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan
keperawatan
Untuk mengobati keadaan acut perlu diperhatikan faktor
faktor kritis sebagai berikut:
1)
Berusaha menstabilkan tanda – tanda vital
2)
Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung
3)
Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter
4) Menempatkan
pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien harus
dirubah posisi setiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif
b.
Tindakan konservatif
1)
Fasodilator yang meningkatkan aliran darah cerebral (ADS) secara percobaan,
tetapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat dibutuhkan
2)
Dapat diberikan histamin, aminophilin, acetazolamide, papaverin intra arterial
3)
Anti agregasi trombosis seperti aspirin, digunakan untuk menghambat reaksi pelepasan
agregasi. Trombosis yang terjadi ulcerasi alteroma
c.
Tindakan pembedahan untuk memperbaiki aliran darah cerebral, misalnya pada
tindakan endarterectomy carotis.
d. Rehabilitasi
Rehabilitasi
merupakan bagian penting dalam proses pemulihan stroke. Tujuan rehabilitasi ini
adalah untuk menolong penderita stroke untuk memperoleh kembali apa yang
mungkin dapat dipertahankan untuk memaksimalkan fungsi tubuh pada penderita
stroke (Stroke and Heart Foundation, 2010). Lumbantobing (2004) menyatakan bahwa
tujuan rehabilitasi ialah menjaga atau
meningkatkan kemampuan jasmani, rohani, keadaan ekonomi dan kemampuan kerja
semaksimal mungkin. Berbagai usaha dilakukan untuk mencapai tujuan ini,
diantaranya terapi fisik/ fisioterapi, latihan bicara, latihan mental, terapi
okupasi, psikoterapi , memberi alat bantu, ortotik prostetik, dan olah raga. Bentuk
tindakan di atas tentunya disesuaikan dengan berat ringan cacat, bentuk cacat,
kemampuan atau tingkat mental penderita. Young & Forster (2007) dan Duncan
et al (2005) menyatakan bahwa penanganan rehabilitasi merupakan pendekatan
multidisiplin, beberapa ahli di berbagai bidang bekerja sama, misalnya dokter
keluarga, ahli rehabilitasi medik, ahli saraf, perawat dan anggota keluarga.
Koordinator tindakan rehabilitasi ini sebaiknya dipegang oleh dokter keluarga,
yang lebih banyak mengetahui penderita, keluarganya, latar belakang
pendidikannya, serta tugas jabatan. Dokter keluarga dapat bertidak sebagai
motivator, memberi bimbingan dan petunjuk kepada penderita dan keluarganya
(Bradford Institute for Health Research, 2010).
Menurut
Batticaca (2008), penanganan dan perawatan penderita stroke di rumah antara
lain, berobat secara teratur ke dokter, tidak menghentikan atau mengubah dan
menambah dosis obat tanpa petunjuk dokter, meminta bantuan petugas kesehatan
atau fisioterapi untuk memulihkan kondisi tubuh yang lemah atau lumpuh,
memperbaiki kondisi fisik dengan latihan teratur di rumah, membantu kebutuhan
klien, memotivasi klien agar tetap bersemangat dalam latihan fisik,
memeriksakan tekanan darah secara teratur, dan segera bawa klien ke dokter atau
rumah sakit jika timbul tanda dan gejala stroke. Vallery (2006) dalam
Agustina,dkk (2009) mengemukakan bahwa pasien dan orang yang merawat/ keluarga
perlu menyadari semua tantangan dan tanggung jawab yang akan dihadapi sebelum
meninggalkan rumah sakit atau fasilitas rehabilitasi lain. Meskipun sebagian
besar pasien telah mengalami pemulihan yang cukup bermakna sebelum di
pulangkan, sebagian masih memerlukan bantuan untuk turun dari tempat tidur,
mengenakan pakaian, makan, dan berjalan. Keluarga sebaiknya mengetahui tentang
layanan komunitas lokal yang dapat memberikan bantuan, termasuk dokter
keluarga, perawat kunjungan rumah, ahli fisioterapi, petugas sosial, ahli terapi
wicara, dan layanan relawan. Kebutuhan pasien pasca rawat dapat meliputi
kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial dan spiritual. Berikut ini merupakan
perawatan penderita stroke yang dapat dilakukan oleh keluarga di rumah.
1. Jika pasien selalu membuka mata
dalam jangka panjang, maka mata mereka dapat mengering dan menyebabkan infeksi
dan ulkus kornea. Untuk mencegah hal ini, keluarga dianjurkan penggunaan
pelumas, salep, atau air mata buatan yang dapat dibeli bebas (Edmund, 2007). Penderita
stroke yang tidak dapat minum tanpa bantuan harus membersihkan mulutnya dengan
sikat lembut yang lembab atau kapas penyerap sekitar satu jam. Perawatan mulut
yang teratur sangat penting, terutama untuk penderita yang sulit atau tidak dapat
menelan (Edmund, 2007).
2.
Menangani masalah
makan dan minum
Penderita stroke memerlukan makanan
yang memadai, lezat, dan seimbang dengan cukup serat, cairan (2 liter atau
lebih sehari), dan miktonutrien. Jika nafsu makan penderita berkurang maka
penedrita stroke dapat diberi makanan ringan tinggi - kalori yang lezat dalam
jumlah terbatas setiap 2 -3 jam, bersama dengan minuman suplemen nutrisional.
Penderita stroke harus makan dalam posisi duduk, bukan berbaring, untuk mencegah
tersedak dan pneumonia aspirasi (John, 2004; Lotta, 2006; David 2004). Keluarga dapat elakukan modifikasi
dalam penggunaan alat makan penderita stroke, seperti meletakkan antiselip pada
alas piring atau menggunakan piring yang cekung sehingga makanan tidak mudah
tumpah. Keluarga dapat juga menyediakankan alat - alat bantu untuk penderita
stroke yang makan dengan satu tangan, seperti
mangkuk telur yang dapat ditempelkan
pada meja (John, 2004; Lotta, 2006; David 2004).
Pelayanan kesehatan berperan dalam
upaya promotif, pencegahan, diagnosa dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan,
serta pemulihan (rehabilitasi) suatu penyakit (Maryam, 2008). Dukungan keluarga
diketahui sangat penting dalam kepatuhan terhadap program pengobatan jangka
panjang (Schatz, 1998 dalam Stanley, 2006). Keluarga bertanggung jawab terhadap
semua prosedur dan pengobatan anggota keluarga yang sakit, seperti menggunakan
obat menggunakan alat - alat khusus, dan menjalankan latihan (Friedman, 2005).
4.
Mengatasi Masalah Emosional dan Kognitif
Sebagian masalah emosional muncul
segera setelah stroke, sebagai akibat kerusakan di otak. Hampir 70% pasien
stroke sedikit banyak mengalami masalah emosional, misalnya reaksi sedih, mudah
tersinggung, tidak bahagia, murung, atau depresi. Terdapat bukti bahwa orang
yang menderita depresi pasca stroke memiliki kemungkinan tiga kali lebihbesar
meninggal dalam 10 tahun dibandingkan dengan penderita stroke tanpa depresi.
Namun, jika penderita stroke dan orang yang merawatnya menyadari masalah ini,
biasanya ada hal - hal yang dapat dikerjakan untuk mengatasi masalah tersebut
(Lotta, 2006). Ketidakmampuan seseorang untuk mengekspresikan dirinya
sendiri akibat masalah bahasa dapat menimbulkan sikap mudah marah. Masalah
emosional lain timbul pada tahap lebih belakangan, misalnya sewaktu pasien
akhirnya menyadari dampak penuh stroke atas kemandirian mereka. Orang yang
pernah mengalami stroke sangat rentan terhadap perubahan dalam situasi mereka,
terutama jika mereka akan meninggalkan rumah sakit atau saat mereka
pertama kali keluar rumah untuk berjalan - jalan. Ini merupakan reaksi
fisiologis normal, dan penderita stroke harus didorong untuk membahas
kekhawatiran mereka akan karier serta anggota keluarga sehingga masalah tersebut
dapat diatasi sebanyak mungkin (Lotta, 2006). Pada sebagian besar kasus,
masalah emosional mereda seiring waktu, tetapi ketika terjadi, masalah itu
dapat menyebabkan penderita stroke menolak terapi atau kehilangan motivasi
untuk menjalani proses rehabilitasi, yang dapat memengaruhi pemulihan
penderita. Masalah emosional reaktif ini sering dapat dikurangi secara
substansial dengan mendorong penderita stroke membicarakan ketakutan dan
kemarahan mereka. Penderita stroke harus merasa bahwa mereka adalah anggota
keluarga yang berharga. Penting bagi keluarga untuk mempertahankan lingkungan
rumah yang suportif, yang mendorong timbulnya perhatian orang lain dan
aktivitas waktu luang, misalnya membaca, memasak, berjalan -jalan, berbelanja,
bermain, dan berbicara. Penderita stroke yang keluarganya atau orang yang
merawatnya tidak suportif dan yang memiliki kehidupan keluarga yang tidak berfungsi
cenderung memiliki prognosis lebih buruk dibandingkan dengan penderita lainnya.
Sebagian penderita stroke mungkin merasa nyaman jika mereka berbagi pengalaman mereka
dengan penderita stroke lain (Lotta, 2006). Masalah emosional penderita stroke dapat
diatasi dengan konseling individual atau terapi kelompok. Psikoterapi juga
dapat membantu sebagian penderita, misalnya mereka yang mengalami apatis berat,
depresi, tak tertarik atau menentang pengobatan. Jika masalahnya menetap,
terutama depresi, dokter mungkin menganjurkan obat antidepresan (misalnya,
fluoksetin dan amitriptilin) atau berkonsultasi dengan psikiater
atau ahli psikologi klinis. Konsultasi dini biasanya dianjurkan untuk penderita
stroke yang mengalami depresi berat, terutama mereka yang mungkin ingin bunuh
diri (Lotta, 2006). Masalah kognitif pada penderita stroke mencakup kesulitan
berpikir, memusatkan perhatian, mengingat, membuat keputusan, menggunakan
nalar, membuat rencana, dan belajar. Hal - hal ini sering menjadi komplikasi
stroke, mengenai sekitar 64% dari penderita stroke yang selamat dan menyebabkan
demensia pada 1 dari 5 penderita stroke usia yang lebih lanjut. Namun, bagi banyak
penderita stroke, masalah kognitif yang ringan cenderung akan mereda seiring
dengan waktu, dan kemampuan mereka akan pulih sepenuhnya (John, 2004). Jika
penderita stroke tidak dapat mengikuti instruksi di obat resep, orang yang
merawat perlu menjamin bahwa penderita stroke minum obat dalam jumlah dan saat
yang tepat. Ada baiknya dibuat bagan atau tabel tentang aktivitas harian, obat,
dan kemajuan penderita stroke pada selembar kertas (John, 2004). Penderita
stroke dengan gangguan kognitif yang parah, misalnya demensia, jarang pulih
sempurna dan dapat bertambah buruk seiring dengan waktu. Hal ini terutama
berlaku pada orang berusia lanjut yang pernah mengalami beberapa kali stroke
serta mengidap penyakit - penyakit lain (John, 2004).
5.
Pencegahan cedera/ jatuh
Thomas (2004) dan Leigh (2005) menyatakan faktor
risiko yang mempermudah pasien jatuh antara lain masalah ayunan langkah dan
keseimbangan, obat - obat sedatif, kesulitan melakukan aktivitas sehari - hari,
inaktivitas, inkontinensia, gangguan penglihatan, dan
berkurangnya kekuatan tungkai bawah. Yudi (2007) menyatakan bahwa indikasi
terbaik bahwa penderita stroke siap bergerak ke tingkat mobilitas vang lebih
tinggi adalah kemampuan menoleransi tingkat mobilitas yang telah mereka capai.
Demi alasan keamanan, sebaiknya ada satu atau dua orang asisten berdiri di
samping penderita stroke dan membantu penderita, terutama pada tahap - tahap
awal. Ketika berdiri atau berjalan, penderita stroke sebaiknya berupaya menggunakan
tungkai mereka yang lumpuh dengan menopangkan beban badan mereka pada tungkai
tersebut sebisa mungkin dan dengan memindahkan beban badan dari satu sisi tubuh
ke sisi lainnya. Pada awalnya, penderita stroke harus mencoba hanya beberapa
langkah kecil. Sesi latihan yang sering dan singkat, dengan peningkatan gerakan
secara perlahan, merupakan cara yang paling aman dan efektif. Jika penderita
stroke telah yakin dapat berjalan di lantai yang datar, mereka dapat mulai naik
tangga, tetapi tetap memperhatikan bahwa susunan tangganya telah aman dan kuat.
Selain itu, Graham (2006) menyatakan jika penderita stroke menggunakan kursi
roda, sebaiknya rumah mereka memiliki tangga, dibangun jalan masuk landai dari
kayu atau beton. Keluarga juga mungkin perlu memperlebar pintu - pintu rumah
agar penderita stroke dapat bergerak bebas di dalam rumah. Pemasangan kabel
listrik yang aman, pegangan tangan di kamar mandi dan adaptasi rumah lainnya
juga dapat membantu penderita stroke.
B.
KONSEP DASAR KELUARGA
1.
Pengertian Keluarga
Friedman (2005) mendefinisikan keluarga sebagai kumpulan dua orang
atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan
individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.
Pengertian keluarga yang lain sebagaimana dinyatakan oleh Suprajitno (2004)
yaitu suatu ikatan/ persekutuan hidup atas dasar perkawinan antar orang dewasa
yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau perempuan
yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi yang
tinggal dalam sebuah rumah tangga. Sementara itu Effendi (2005:30) mendefinisikan keluarga sebagai perkumpulan dua
atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan
perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan di dalam peranannya masing- masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.
Berdasarkan ketiga pengertian
tersebut diambil kesimpulan (Suprajitno, 2004:14) bahwa keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri atas dua orang atau lebih yang tinggal
disuatu tempat atau rumah dan berinteraksi satu sama lain, mempunyai perannya
masing-masing-masing-masing dan mempertahankan suatu kebudayaan.
Maka untuk itu indonesia merupakan
salah satu negara yang menjunjung tinggi adat ketimuran yang menekankan bahwa
keluarga harus dibentuk atas dasar perkawinan, seperti yang tertulis dalam
peraturan pemerintah (PP) No. 21 tahun 1994 bahwa keluarga dibentuk berdasarkan
atas perkawinan yang sah.
2.
Tipe – tipe keluarga menurut suprajinto (2004:2)
a. Keluarga inti ( Nuclear family )
Adalah suatu keluarga yang terdiri
dari ayah, ibu, dan anak-anak.
b. Keluarga besar ( Exstended family )
Adalah keluarga inti ditambah dengan
sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan,
saudara sepupu, paman, atau bibi.
c. Keluarga bentukan kembali (dyadic family)
Adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang
telah bercerai atau kehilangan pasangannya
d. Orang tua tunggal (single parent family)
yaitu keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anaknya
akibat perceraian atau ditinggal pasangannya,
e. Ibu dengan anak tanpa perkawinan yang sah (the
unmarried teenage mother)
f. Orang dewasa laki-laki atau perempuan yang
tinggal sendiri tanpa pernah menikah (the single adult living alone)
g. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya
(the non marital heterosecual cohabiting family)
h. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang
berjenis kelamin sama (gay and lesbian family).
3. Tahap perkembangan keluarga
dan tugas perkembangan menurut Suprajitno (2004:3)
Bukan hanya individu saja yang memiliki tahap
perkembangan, keluargapun memiliki tahap perkembangan dengan berbagai tugas
perkembangan masing-masing. Tahap–tahap perkembangan itu antara lain:
1. Tahap I pasangan baru atau keluarga
baru (beginning family).
Keluarga
baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan perempuan
(istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan
keluarga masing-masing. Meninggalkan keluarga bisa berarti psikologis karena
kenyataannya banyak keluarga baru yang masih tinggal dengan orang tuanya.
Dua
orang yang membentuk keluarga baru membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi.
Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri
dan pasangannya, misalnya makan, tidur, bangun pagi dan sebagainya
Tugas
perkembangan
1) Membina hubungan intim dan
memuaskan.
2) membina hubungan dengan keluarga
lain, teman dan kelompok sosial.
3) mendiskusikan rencana memiliki
anak.
Keluarga baru ini merupakan anggota
dari tiga keluarga ; keluarga suami, keluarga istri dan keluarga sendiri.
2. Tahap II keluarga dengan kelahiran
anak pertama (child bearing family).
Dimulai sejak hamil sampai kelahiran
anak pertama dan berlanjut sampai anak berumur 30 bulan atau 2,5 tahun.
Tugas perkembangan kelurga yang
penting pada tahap ini adalah:
1. Persiapan menjadi orang tua
2. Adaptasi dengan perubahan anggota
keluarga, peran, interaksi,
hubungan sexual dan kegiatan.
3. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang tua; bagaimana orang tua berinteraksi dan merawat bayi. Perawat perlu menfasilitasi hubungan orang tua dan bayi yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang tua dapat tercapai.
Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang tua; bagaimana orang tua berinteraksi dan merawat bayi. Perawat perlu menfasilitasi hubungan orang tua dan bayi yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang tua dapat tercapai.
3. Tahap III keluarga dengan anak
prasekolah (families with preschool).
Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan
berakhir saat anak berusia 5 tahun.
Tugas perkembangan
1.
Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat
tinggal, privasi dan rasa aman.
2.
Membantu anak untuk bersosialisasi
3.
Beradaptasi dengan anaky baru lahir, sementara kebutuhan
anak lain juga harus terpenuhi.
4.
Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam keluarga
maupun dengan masyarakat.
5.
Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
6.
Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7.
Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.
4. Tahap IV keluarga dengan anak usia
sekolah (families with children).
Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah )
dan berakhir pada saat anak berumur 12 tahun. Pada tahap ini biasanya keluarga
mencapai jumlah maksimal sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas di
sekolah, masing-masing anak memiliki minat sendiri. Dmikian pula orang tua
mempunyai aktivitas yang berbeda dengan anak.
Tugas perkembangan keluarga.
1. Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan
lingkungan.
2. Mempertahankan keintiman pasangan.
3. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin
meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan
kesehatan anggota keluarga.
Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan pada anak untuk nbersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan pada anak untuk nbersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar sekolah.
5. Tahap V keluarga dengan anak remaja
(families with teenagers).
Dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7
tahun kemudian. Tujuannya untuk memberikan tanggung jawab serta kebebasan yang
lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa.
Tugas perkembangan
1. Memberikan kebebasan yang seimbnag dengan tanggung jawab.
2. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
3.Mempertahankan
komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua.
Hindari perdebatan, kecurigaan
dan permusuhan.
4. Perubahan sistem peran dan
peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
Merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik orang tua dan remaja.
Merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik orang tua dan remaja.
6.Tahap VI keluarga dengan anak
dewasa atau pelepasan (launching center
family).
Dimulai
pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak terakhir
meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak dan ada atau
tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.
Tugas
perkembangan
1.
Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2.
Mempertahankan keintiman pasangan.
3.
Membantu orang tua memasuki masa tua.
4.
Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5.
Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
7. Tahap VII keluarga usia pertengahan
(middle age families).
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada
beberapa pasangan fase ini dianggap sulit karena masa usia lanjut, perpisahan
dengan anak dan perasaan gagal sebagai orang tua.
Tugas perkembangan
1. Mempertahankan kesehatan.
2. Mempertahankan hubungan yang
memuaskan dengan teman sebaya dan anak- anak.
3. Meningkatkan keakraban pasangan.
Fokus mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat, diet seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup, pekerjaan dan lain sebagainya.
Fokus mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat, diet seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup, pekerjaan dan lain sebagainya.
8. Tahap VIII keluarga usia lanjut
Dimulai saat pensiun sampai dengan salah satu pasangan meninggal
dan keduanya meninggal.
Tugas perkembangan
1. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
2. Adaptasi dengan perubahan
kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan
pendapatan.
3. Mempertahankan keakraban
suami/istri dan saling merawat.
4. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
4. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
5. Melakukan life review.
6. Mempertahankan penataan yang
memuaskan merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini.
4.
Struktur Keluarga menurut Suprajino (2004:7)
Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana
keluarga melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat, antara lain:
a.
Struktur peran keluarga
Menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga
dalam keluarga sendiri dan perannya di lingkungan masyarakat atau peran formal
dan informal
b.
Nilai dan norma keluarga
Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan
diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan
c.
Pola komunikasi keluarga
Menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi
ayah-ibu, orang tua dengan anak, anak dengan anak dan anggota keluarga lain
dengan keluarga inti.
d.
Struktur kekuatan keluarga
Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk
mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang
mendukung kesehatan.
5.
Fungsi keluarga menurut Friedman (2005)
Secara umum fungsi keluarga (friedman, 2005) adalah:
a. Fungsi afektif
Adalah fungsi keluarga yang utama
untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga
berhubungan dengan orang lain
b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi
Adalah fungsi mengembangkan dan
tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain di luar rumah
c. Fungsi reproduksi
Adalah fungsi untuk mempertahankan
generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi
Adalah keluarga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan
kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
e. Fungsi pemerliharaan kesehatan
Adalah fungsi untuk mempertahankan
keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi
6.
Lima tugas keluarga dibidang kesehatan menurut Suprajitno (2004:4)
keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu
dipahami dan dilakukan antara lain:
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan
keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu akan
tidak berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan
dana keluarga akan habis.
b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi
keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga
yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadan keluarga,
dengan mempertimbangkan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan
memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.
c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan
Seringkali keluarga telah mengambil
tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah
diketahui oleh keluarga itu sendiri
d. Memodifikasi
lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga
e. Memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan disekitar keluarga.
C.
Proses Keperawatan Keluarga
Menurut Friedman (2005:54), Proses keperawatan merupakan pusat bagi semua
tindakan keperawatan, yang dapat diaplikasikan dalam situasi apa saja, dalam
kerangka referensi tertentu, konsep tertentu, teori atau falsafah.
Friedman dalam Proses keperawatan keluarga juga
membagi dalam lima tahap proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian
terhadap keluarga, identifikasi masalah keluarga dan individu atau diagnosa
keperawatan, rencana perawatan, implemntasi rencana pengerahan sumber-sumber
dan evaluasi perawatan.
Dalam melakukan asuhan keperawatan kesehatan keluarga
menurut Effendi (2004) dengan melalui membina hubungan kerjasama yang baik
dengan keluarga yaitu dengan mengadakan kontrak dengan keluarga, menyampaikan
maksud dan tujuan, serta minat untuk membantu keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan keluarga, menyatakan kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan –
kebutuhan kesehatan yang dirasakan keluarga dan membina komunikasi dua arah
dengan keluarga.
Friedman (2005: 55) menjelakan proses asuhan keperawatan keluarga
terdiri dari lima langkah dasar meliputi :
1. Pengkajian
Menurut Suprajitno (2004:29)
pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan informasi
secara terus menerus tentang keluarga yang dibinanya. Pengkajian merupakan
langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Agar diperoleh data pengkajian
yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga, perawat diharapkan menggunakan
bahasa ibu (bahasa yang digunakan sehari-hari), lugas dan sederhana
(Suprajitno: 2004).
Kegiatan yang dilakukan dalam
pengkajian meliputi pengumpulan informasi dengan cara sistematis dengan
menggunakan suatu alat pengkajian keluarga, diklasifikasikan dan dianalisa
(Friendman, 2005: 56)
1) Identitas keluarga yang
dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat tinggal, dan tipe keluarga.
2) Latar belakang budaya
/kebiasaan keluarga
a. Kebiasaan makan
Kebiasaan makan ini meliputi jenis
makanan yang dikosumsi oleh Keluarga. Untuk penderita stroke biasanya
mengkonsumsi makanan yang bayak menandung garam, zat pengawet, serta emosi yang
tinggi.
b. Pemanfaatan fasilitas kesehatan
Perilaku keluarga didalam
memanfaatkan fasilitas kesehatan merupakan faktor yang penting dalam
penggelolaan penyakit stroke fase rehabilitasi terutama ahli fisiotherapi.
c. Pengobatan tradisional
Karena penderita stroke memiliki
kecenderungan tensi tinggi, keluarga bisa memanfaatkan pengobatan tradisional
dengan minum air ketimun yang dijus sehari dua kali pagi dan sore.
3) Status Sosial Ekonomi
a. Pendidikan
Tingkat pendidikan keluarga
mempengaruhi keluarga dalam mengenal hipertensi beserta pengelolaannya.
berpengaruh pula terhadap pola pikir dan kemampuan untuk mengambil
keputusan dalam mengatasi masalah dangan tepat dan benar.
b. Pekerjaan dan Penghasilan
Penghasilan yang tidak seimbang juga
berpengaruh terhadap keluarga dalam melakukan pengobatan dan perawatan pada
angota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan karena hipertensi. Menurut
(Effendy,2005) mengemukakan bahwa ketidakmampuan
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan
karena tidak seimbangnya sumber-sumber yang ada pada keluarga.
4) Tingkat
perkembangandan riwayat keluarga
Menurut Friedmen (2005:125), Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini.
termasuk riwayat perkembangan dan kejadian serta pengalaman kesehatan yang unik
atau berkaitan dengan kesehatan yang terjadi dalam kehidupan keluarga yang
belum terpenuhi berpengaruh terhadap psikologis seseorang yang dapat
mengakibatkan kecemasan.
5)
Aktiftas
Aktifitas fisik yang keras dapat
menambah terjadinya peningkatan tekanan darah. Serangan hipertensi dapat timbul
sesudah atau waktu melakukan kegiatan fisik, seperti olah raga (Friedman, 2005:9).
6)
Data Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Cara memodifikasikan lingkungan
fisik yang baik seperti lantai rumah, penerangan dan fentilasi yang baik dapat
mengurangai faktor penyebab terjadinya cedera pada penderita stroke fase
rehabilitasi.
b. Karakteristik Lingkungan
Menurut (friedman,2005:22) derajad kesehatan dipengaruhi oleh lingkungan.
Ketenangan lingkungan sangat mempengaruhi derajat kesehatan tidak terkecuali
pada hipertensi
7)
Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi
Menurut (Friedman, 2005) Semua interaksi perawat dengan pasien adalah
berdasarkan komunikasi. Istilah komunikasi teurapetik merupakan suatu tekhnik
diman usaha mengajak pasien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaan.
Tekhnik tersebut mencakup ketrampilan secara verbal maupun non verbal, empati
dan rasa kepedulian yang tinggi.
b. Struktur Kekuasaan
Kekuasaan dalam keluarga
mempengaruhi dalam kondisi kesehatan, kekuasaan yang otoriter dapat menyebabkan
stress psikologik yang mempengaruhi dalam tekanan darah pasien stroke.
c.
Struktur peran
Menurut Friedman(2005), anggota keluarga menerima dan konsisten terhadap
peran yang dilakukan, maka ini akan membuat anggota keluarga puas atau tidak
ada konflik dalam peran, dan sebaliknya bila peran tidak dapat diterima dan
tidak sesuai dengan harapan maka akan mengakibatkan ketegangan dalam keluarga.
8) Fungsi Keluarga
a. Fungsi
afektif
Keluarga
yang tidak menghargai anggota keluarganya yang menderita hipertensi, maka akan
menimbulkan stressor tersendiri bagi penderita. Hal ini akan menimbulkan suatu
keadaan yang dapat menambah seringnya terjadi serangan hipertensi karena
kurangnya partisipasi keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit
(Friedman, 2005).
b. Fungsi
sosialisasi .
Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota keluarga yang menderita stroke
dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Bila keluarga tidak memberikan
kebebasan pada anggotanya, maka akan mengakibatkan anggota keluarga menjadi
sepi. Keadaan ini mengancam status emosi menjadi labil dan mudah stress.
c. Fungsi
kesehatan
Menurut
suprajitno (2004) fungsi mengembangkan dan melatih anak untuk berkehidupan
sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar
rumah.
9) Pola istirahat tidur
Istirahat tidur seseorang akan
terganggu manakala sedang mengalami masalah yang belum terselesaikan.
10) Pemeriksaan
fisik anggota keluarga
Sebagaimana prosedur pengkajian yang
komprehensif, pemeriksaan fisik juga dilakukan menyeluruh dari ujung rambut
sampai kuku untuk semua anggota keluarga. Setelah ditemukan masalah kesehatan,
pemeriksaan fisik lebih terfokuskan.
11) Koping
keluarga
Bila ada stressor yang
muncul dalam keluarga, sedangkan koping keluarga tidak efektif, maka ini akan
menjadi stress anggota keluarga yang berkepanjangan.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah
pernyataan yang menggambarkan respon manusia atas perubahan pola interaksi
potensial atau aktual individu. Perawat secara legal dapat mengidentifikasi dan
menyusun intervensi masalah keperawatan. Kolaburasi dan koordinasi dengan
anggota tim lain merupakan keharusan untuk menghindari kebingungan anggota akan
kurangnya pelayanan kesehatan.
Dalam diagnosa keperawatan
stroke atau cerebro vasculer accident didapatkan diagnosa keperawatan
sebagai berikut :
a.
Perubahan perfusi jaringan cerebral (Doengoes, 2006)
b.
Kerusakan mobilitas fisik ( Doengoes, 2006)
c.
Komunikasi, kerusakan verbal dan tertulis (Doengoes, 2006)
d.
Perubahan persepsi sensori (Doengoes, 2006)
e.
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi (Lynda Juall, 2004)
f.
Ketidakmampuan merawat diri (Lynda Juall, 2004)
g.
Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pengobatan (Doengoes, 2006)
3. Intervensi Keperawatan
a.
Menyusun prioritas
Friedman (2005:64),
menjelaskan perencanaan perawatan meliputi seleksi bersama yang dirancang untuk
mencapai tujuan. Faktor penetapan prioritas perasaan peka terhadap klien dan
efek terpeutik terhadap tindakan dimasa mendatang.
b.
Menyusun tujuan
Friedman (2005:64)
menjelaskan perencanaan meliputi perumusan tujuan yang berorientasi kepada
klien kemungkinan sumber-sumber penggambaran pendekatan alternatif untuk
memenuhi tujuan dan operasional perencanaan.
Ada 3 kegiatan menurut Friedman (2005:64) yaitu:
1. Tujuan jangka pendek yang
sifatnya dapat diukur langsung dan spesifik
2. tujuan jangka menengah
3. tujuan akhir atau jangka
panjang yang sifatnya umum dan mempunyai tujuan
c.
Menentukan kriteria dan standar evaluasi.
Kriteria yang akan dicapai adalah respon verbal,
afektif dan psikomotor keluarga mengenai penjelasan tentang masalah kesehatan
(Friedman:2005:71)
4. Implementasi keperawatan
Dalam memilih tindakan keperawatan tergantung pada
sifat masalah dan sumber-sumber yang tersedia.
a.
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah post stroke.
Intervensi:
1) Berikan informasi kepada keluarga mengenai:
pengertian, tanda dan gejala, penyebab, komplikasi, cara perawatan, penanganan
dan pencegahan stroke
2) Motivasi keluarga untuk mengenal masalah
stroke
b.
Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang dapat mengenai tindakan
kesehatan yang tepat terhadap anggota keluarga yang menderita post stroke
Intervensi:
1) Memberikan informasi tentang alternatif
pencegahan dpat diambil untuk mengatasi pasien stroke, seperti menjaga
kesehatan lingkungan, menghindari faktor pencetus, serta minum obat secara
teratur
2) Mendiskusikan akibat bila tidak
melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi stroke
3) Memberikan kesempatan untuk mengambil
keputusan tentang tindakan kesehatan yang diambil pada anggota keluarga yang
terkena stroke
c.
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit atau perawatan post
stroke
Intervensi :
1) Sarankan atau anjurkan kepada keluarga untuk
melakukan perawatan secara teratur, jaga diet penderita stroke.
2) Demonstrasikan teknik latihan tentang gerak
dirumah
d.
Ketidakmampuan keluarga untuk memelihara lingkungan yang dapat menyebabkan atau
mempengaruhi kesehatan
Intervensi :
1) Memberikan semangat pada penderita terutama
yang berasal dasri keluarga itu sendiri atau melalui orang atau sumber-sumber
yang dipercaya mempunyai pengaruh terhadap proses penyembuhan
2) Modifikasi lingkungan yang dapat mendukung proses
penyembuhan klien
e.
Ketidakmampuan keluarga untuk mengenal sumber-sumber pelayanan kesehatan
terhadap perawatan post stroke
Intervensi :
1) Memberikan informasi tentang sumber-sumber
yang dapat digunakan utnuk memperoleh pelayanan kesehatan misalnya rujukan
kontrol, perawatan fisiotherapi dan sumber-sumber lain.
2) Memberikan motivasi agar keluarga
memanfaatkan sumber-sumber yang ada secara berkesinambungan.
5. Evaluasi
Friedman (2005:71) menjelaskan bahwa evaluasi didasarkan pada seberapa
efektifnya intervensi yang dilakukan keluarga, perawat dan yang lainny.
Keefektifan dilihat dari respon keluarga bukan intervensi yang
diimplementasikan. Modifikasi dlam asuhan keperawatan mengikuti perencanaan
evaluasi dan mulai dengan proses siklus kembali ke pengkajian dengan memberikan
informasi yang diperoleh dari pertemuan sebelumnya dan diteruskan dengan revisi
setiap fase dalam siklus bila dibutuhkan.
Evaluasi dalam asuhan keperawatan
keluarga dengan stroke post rehabilitasi berdasarkan respon keluarga terhadap
implementasi yang kita lakukan sesuai dengan kriteria evaluasi yaitu mengetahui
pengertian stroke, mengetahui gangguan pada penderita stroke dan mengetahui
tindakan apa yang harus dilakukan bagi penderita stroke post rehabilitasi.
BAB
3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Stroke (CVA) adalah sindrom
klinik yang awal timbulnya mendadak, prograsif cepat, berupa defisit
neurologist fokal dan atau global, yang berlangsung 24 jam / lebih atau
langsung menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan
peredaran darah otak non traumatik.
Stroke disebabkan
faktor-faktor penyumbatan pembuluh darah oleh jendalan darah (thrombus /
embolus), robek dan adanya gangguan susunan komponen darah.
3.2 Saran
-
Klien sebaiknya mematuhi semua pengobatan terhadap penyakit stroke yang
dideritanya guna mempertahankan kesehatan yang optimal.
-
Keluarga yang merawat sebaiknya melakukan perawatan dengan sabar dan selalu
memberikan dukungan kepada klien.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne; Suzanne; and
Benda G Bare. (2001), Buku Saku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8.
Jakarta: EGC
Suprajitno. (2004). Asuhan
Keperawatan Keluarga. Jakata: EGC.
Carpenito, L. J. Handbook of Nursing
Diagnosa. Edisi 8, Alih Bahasa Monica Ester. (2001). Jakarta: EGC
Carpenito, L. J. (2004) Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 7, Alih Bahasa
Monica Ester. Jakarta: EGC
Friedman, M. M. (2005). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3.
Jakarta: EGC
Effendy. N (2005). Dasar- dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat,
Edisi 2. Jakarta; EGC
Doengoes. M. E, Et. All. Nursing
Care Plans Guidelines for Planning and Documenting Patient Care, Edisi 3. Alih
Bahasa: I Made Kariasa, Et. All. 2004. Jakarta:
EGC
Long. Barbara. C. Essential of
Medical Surgical Nursing, Penerjemah R. Karnaen, Et. All, Edisi ke 3. 2005. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Padjajaran.
Suyono, Haryono, 2006. Meningkatnya
Penduduk Rawan Stroke, (Online), (http://www.cybermed.cbn.net.id. Diakses 2
November 2007)
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 2006. Stroke, (Online), (http:// depkes.co.id/stroke.html)
http://bintangdilaut-siputih.blogspot.com/2012/03/askep-keluarga-dg-stroke.html di unduh
pada tanggal 24 April 2014 jam 12.30 WIB
Lucky Club Casino Site - Lucky Club Online Casino 2021
BalasHapusLucky luckyclub.live Club Online Casino 2021. Register and play your favourite casino games and enjoy the best casino bonuses you can get by. Try your luck at
The Shady Casino Near Houston
BalasHapusThe Shady Casino Near Houston: 안양 출장샵 Get Directions The Shady Casino in Houston is a hotel and casino 여수 출장샵 on the Texas Gulf Coast. Book 사천 출장마사지 today for great 파주 출장샵 savings. 나주 출장마사지